jpNews

Cakrawala Nusantara

BERITA JATIM PENDIDIKAN

Anak-anak Panjat Rak Buku Perpustakaan PARI Tulangan

Perpustakaan PARI
LITERASI: Anak-anak sedang memanjat rak untuk mengambil buku bacaan favorit di perpustakaan PARI Tulangan, Sidoarjo, Minggu (20/7/2025) kemarin. (JP/WIBOWO)

Klik Sembilan Peduli

Simbol Baru Literasi Tumbuh dari Akar Rumput

SIDOARJO (JP) – Pemandangan unik anak-anak memanjat rak buku setinggi 3 meter tersaji dalam kegiatan “Rujukan dan Rujakan Literasi”, yang digelar, Minggu (20/7/2025) kemarin di Perpustakaan Amrina Rosyada Indonesia (PARI) Tulangan, Sidoarjo.

Anak-anak yang antusias memanjat rak buku demi menjangkau bacaan impian mereka. Menciptakan suasana hangat dan menarik secara visual, serta mengungkap makna mendalam kecintaan literasi yang tumbuh alami sejak dini di masyarakat.

Viral di kalangan pegiat literasi pesan mutiara. “Mendakilah yang Tinggi, Nak. Lebih Baik Tertimpa Ilmu daripada Tertimpa Nasib Tak Mujur karena Kekurangan Ilmu.”, ujar Wibowo owner Yayasan PARI sekaligus tuan rumah.

READ  Masa Kampanye Pemilu 2024 Dimulai, Ini Ketentuan Alat Peraga dan Bahan Kampanye di Media Sosial

Bukan metafora, tetapi itu penampakan nyata. Anak-anak benar-benar mendaki rak-rak pengetahuan dengan penuh semangat dan keberanian di perpustakaan PARI.

Hadir pada kegiatan yang berlangsung mulai pagi itu sejumlah aktivis dan pegiat gerakan baca atau taman bacaan masyarakat (TBM). Mereka sangat aktif memasyarakatkan literasi dan budaya membaca di pedesaan seantero Jawa Timur.

Namun sorotan utama datang dari para pembaca cilik. Mereka tidak hanya menjadi objek gerakan ini, tetapi sekaligus menjadi bukti. Kalau literasi hidup, tumbuh, dan menggeliat. Mulai dari bawah, desa-desa, rumah-rumah, dan kaki-kaki kecil yang memanjat rak buku.

READ  Suryanaga U17 Soeratin Raih Kemenangan Kedua 2-0 Lawan FH UPN Veteran Jatim

“Kami tak hanya menata buku, tapi juga menata harapan. Anak-anak yang memanjat rak buku, bukan sekadar mencari bacaan. Tapi tengah menapaki tangga perubahan hidupnya,” jelas Wibowo.

Menurutnya, kegiatan ini bukan sekedar seremoni, melainkan manifestasi hidup dari literasi yang dibumikan.

“Sebuah tren yang kian menguat, literasi akar rumput yang berdikari. Yang tak menunggu dana, tapi bergerak, karena cinta dan keyakinan, bahwa buku bisa mengubah nasib,” tandasnya. (*/red)

Visited 12 times, 1 visit(s) today

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page