SURABAYA (JPNews.id) – Umat Buddha dari anggota Bhikkhu Sangha Agung Indonesia dan Shangha Theravada Indonesia menggelar Mindful Festival 2022 berupa sanghadana di bulan Kathina, Jumat (24/10) malam di Atrium TP 6, Embong Malang, Surabaya.
Menurut Divisi Kurator, Ahok mewakili divisi humas mengatakan, bahwa Sanghadana semacam acara pemberian donasi kepada anggota-anggota bhante atau bhikkhu. Sedang tugas kurator membuat konten mulai teks yang ditampilkan untuk mengatur tema atau konsep acara.
“Secara keseluruhan acara Mindful Festival, yaitu memperkenalkan kepada masyarakat, apa sih mindful atau hidup berkesadaran ini, apa manfaatnya dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ahok.
Cuman, sambung Ahok, pada kegiatan malam ini bagian dari Mindful Festival, yang kebetulan bertepatan dengan bulan Kathina dalam agama Buddha, sehingga memanfaatkan momentum ini untuk melakukan sanghadana, yakni persembahan kepada para biku secara umum berupa 4 kebutuhan pokok, ada makanan, jubah/pakaian, obat-obatan dan tempat tinggal.
“Tapi untuk di perayaan Mindful Festival ini untuk persembahan sanghadana berupa jubah, perlengkapan mandi dan obat-obatan,” ungkapnya.
Dari 16 bhikkhu yang hadir, secara umum berasal dari dua organisasi, yakni Sangha Theravada Indonesia dari aliran theravada, dan satunya lagi dari Sangha Agung Indonesia dari aliran buddhayana, berasal dari Surabaya, Batu, Malang dan mewakili sejumlah daerah di Pulau Jawa.
“Tujuan acara ini sebenarnya untuk melakukan healing, sesuai tagline kami, ayo healing kuy, jadi kita ingin mengenalkan pemulihan diri itu tidak hanya melalui fisik saja dengan cara istirahat, makan dan sebagainya, tetapi juga harus melalui batin atau mental,” tutur Ahok.
Menurutnya, salah satu untuk melakukan pemulihan batin adalah hidup berkesadaran, sadar setiap saat dengan apa yang dilakukan, apa yang dilihat, apa yang didengar, dan sebagainya. “Itulah yang kita sebut dengan berkesadaran,” ucap Ahok.
Lokasi pusat perbelanjaan sengaja dipilih, karena merupakan pusat keramaian, pusat kota, yang datang bisa siapa saja, berbagai kalangan masyarakat, tidak hanya untuk umat Buddha saja, tidak hanya anak muda saja, tetapi semua masyarakat baik itu semua agama, semua usia dan sebagainya bisa datang ke tempat ini.
Untuk jumlah peserta peribadatan hadir sekitar 300-an dari semua aliran umat Buddha yang ada. “Untuk undangan, mengundang perwakilan dari beberapa wihara yang ada di Surabaya, tapi untuk undangan secara umum, kami membuka kesempatan bagi semua umat Buddha, yang ingin ikut, bisa hadir,” ujar Ahok.
Ahok kembali menegaskan, bahwa tidak ada larang bagi aliran tertentu, tetapi semua aliran umat Buddha boleh ikut.
“Kota Surabaya merupakan kota plural terbuka bagi semua umat beragama, mengingat kita juga adalah Kota Pahlawan, di mana membawa semangat perjuangan 10 November,” terang Ahok menirukan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat memberikan sambutan di awal acara.
Ahok menambahkan, di situ, masih Eri Cahyadi, bahwa kita memperjuangkan bukan hanya satu agama, bukan satu suku saja, tetapi kita mewakili seluruh masyarakat Indonesia seluruh umat beragama. “Surabaya harus bisa menjadi tempat yang aman bagi semua umat beragama, tegas Cak Eri,” pungkas Ahok. (har)