JPNEWS.id – Pemprov melalui Dispora Jatim kembali menggelar kegiatan coaching clinic sepakbola dalam rangka memperingati hari jadi ke-77, Selasa (11/10/2022) siang di Atrium Grand City Mall, Surabaya. Acara merupakan rangkaian dari ajang tahunan Jatim Fair.
Kegiatan yang berlangsung mulai pukul 14.00 WIB itu, menghadirkan narasumber, yakni pakar olahraga Unesa, Imam Syafii, asisten pelatih Persebaya Bejo Sugiantoro dan pemain Timnas U17 Narendra Tegar Islami. Ketiganya mampu menghipnotis peserta dengan keilmuan dan pengalaman terbaru sepakbola modern.
Pada sesi pertama, Imam Syafii melalui layar raksasa menampilkan sejumlah kericuhan dalam pertandingan sepakbola profesional hingga kompetisi remaja. “Dari tayangan perlu dipahami sejak dini bahwa sepakbola adalah permainan yang selalu menghasilkan, kalau gak menang ya kalah atau seri, jadi harus ada kesiapan mental menerima hasil pertandingan,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia juga menjelaskan soal kebutuhan nutrisi dan pola hidup pemain sepakbola, bahwa dari hasil riset diketahui 80 persen, anak-anak itu kurus-kurus. Bukan karena tidak mampu, tetapi kurangnya perhatian orang tua karena sibuk kerja.
“Tinggi badan anak-anak itu genetik keturunan orang tua, masih bisa disiasati dengan protein dan kalsium tinggi pada sayuran, daging, telur dan susu. Selain itu, anak-anak jam 9 malam sudah harus tidur, karena jam 11 malam ada hormon pertumbuhan yang sedang bekerja,” timpalnya.
Sementara itu, Bejo Sugiantoro membagi pengalaman kepada para orang tua, bagaimana ia mendidik anaknya Rahmat Irianto hingga jadi pemain nasional. “Kalau jam 9 malam hp saya minta dan pintu kamar dibuka. Kalau tangannya saya angkat terasa berat, berarti dia belum tidur,” katanya disambut tawa peserta.
Menurutnya, orang tua punya peran penting menjadi pelatih saat di rumah. “Menjadi pemain sepakbola butuh latihan tambahan selain di SSB, dan istirahat tidur itu juga bagian dari latihan dalam pembentukan fisik. Nah, tren sepakbola saat ini bagaimana main cepat lewat passing bukan dribbling. Untuk tren berikutnya, nanti bisa kita saksikan di Piala Dunia,” tuturnya.
Sedangkan, Tegar lebih banyak menceritakan perjuangan selama sebelum jadi pemain Timnas. “Saya tidak akan lupa, bagaimana ayah saya mengantar ke Surabaya dari Mojokerto naik motor kehujanan. Beliau juga selalu memotivasi saya saat down misalnya saat gagal lolos seleksi,” ungkapnya.
Ketika mengalami tekanan mental seperti itu, pemain yang semasa belia juga pernah ditangani Pelatih Unika Bajul Ijo, Coach Oetoyo tersebut coba membagikan kiatnya. “Saat mengalami down, secepatnya dilupakan dan kembali berlatih. Karena lawan kita sebenarnya adalah diri kita sendiri, jadi harus cepat bangkit,” tegasnya.
Di bagian lain, putra pasangan M Soleh dan Edi Astri Rafiani ini diakui memang pernah dilatih oleh Oetoyo. “Alhamdulilah, Tegar dipegang pak Toyo di usia U13, cuman sebentar, satu even saja, tapi saya sudah anggap beliau seperti orang tua,” beber ibu Tegar, Edi Astri Rafiani.
Terpisah, Direktur Auto Unika Mekanik Tatag Triwibowo selaku manajer Unika Bajul Ijo mengaku bangga atas prestasi Tegar. “Perjuangan Tegar, kami harapkan bisa jadi motivasi adik-adiknya di SSB khususnya Unika Bajul Ijo, dan yang terpenting ben ono ceritone,” ucapnya melalui ponsel.
Sebanyak 150 peserta dari SSB berbagai daerah didampingi puluhan orang tua dan pelatih terlihat antusias mengikuti jalannya acara, apalagi juga menyediakan doorprize.
Selepas acara, momen langka foto-foto berjumpa idola pun tak terlewatkan termasuk kala reuni Tegar sama Coach Oetoyo dan rekan sejawat yang latihan di Unika Bajul Ijo, sebut saja Kahfi de Rossi di Soeratin U17 Jatim, dan Fahri Fathur Rahman yang baru pulang memperkuat Persebaya EPA U16 di Jakarta. (har)