SURABAYA, JPNEWS.id – Sebanyak 60 anak mengikuti khitan massal “Untukmu Wahai Saudaraku” yang diselenggarakan oleh Yayasan Indonesia Menegakkan Sunnah (IMS), Minggu (25/12/2022) pagi 08.00 WIB di Hotel Khas Surabaya, Jalan Benteng, Surabaya.
Tak hanya dari Kawasan Wisata Religi Sunan Ampel, peserta khitan massal juga datang dari sejumlah daerah di Surabaya, seperti Simo hingga yang terjauh dari Wiyung.
Muhammad Khalid Alamudi, Sekretaris Yayasan IMS mengaku bersyukur karena kegiatan berjalan lancar. “Alhamdulillah telah berlangsung dengan lancar dan sukses dengan total 60 peserta, dibantu 6 dokter,” katanya.
Dikatakan Muhammad, usia paling kecil 2,5 tahun dan paling besar 13 tahun, rata-rata didominasi anak-anak TK dan SD, sisanya SMP. “Ini bertujuan untuk membantu umat muslim, karena dalam Islam khitan itu diwajibkan,” terangnya.
Dia juga menceritakan tanggapan dari para orang tua peserta, yaitu puas dan menyampaikan rasa terima kasih dengan adanya program ini.
“Alhamdulillah, ini sesuai dengan tagline kami #bantukamimembantumereka,” ungkap Muhammad.
Oleh karena itu, dia mengajak umat muslim untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama, dengan membantu orang-orang di sekitar yang membutuhkan.
“Jangan menutup mata untuk orang-orang yang membutuhkan pertolongan, apalagi saudara-saudara di sekitar kita.”
Ia juga berharap ke depannya, agar Yayasan IMS lebih besar lagi, berkembang dan lebih maju, sehingga semakin banyak orang yang dapat dibantu.
Sementara itu, dr Muhammad Rif’at Bahasuan, selaku dokter yang bertanggung jawab atas proses khitan ini menjelaskan, bahwa khitan memakai metode electric cutter, atau bahasa awamnya laser.
“Alhamdulillah dalam perjalanan (khitan) ini, tidak ada kendala sama sekali. Kalau anak-anak, ada yang takut, ada yang ndak, itu wajarlah,” jelas dokter yang juga konsultan Yayasan IMS tersebut.
Pertimbangan metode laser digunakan, karena dianggap lebih ekonomis, jauh lebih cepat, dan dapat meminimalisir risiko infeksi, atau lebih steril. “Insyaallah rata-rata secara fisiologis sembuh dalam 7 hari,” tuturnya.
Dia juga membeberkan, kalau khitan di negara-negara Eropa (non muslim) terutama di Amerika (Serikat), disebutkan bahwa bayi-bayi harus dikhitan, supaya tidak terjadi infeksi saluran kencing/penis di kemudian hari.
“Saya sampaikan secara tim, kepada tim IMS terima kasih atas kerja samanya yang baik, sehingga acara khitan massal terselenggara dengan benar dan tepat sasaran, untuk fakir miskin dan duafa di Surabaya,” urainya.
Apalagi di tahun ketiganya, dilaksanakan di hotel. “Ini pertama kali (di hotel), gunanya selain mengkhitan anaknya, orang tuanya juga bisa merasakan hotel, sebab belum tentu pernah masuk hotel dan makan prasmanan dengan menu yang istimewa,” bebernya.
Untuk peserta, selain mendapatkan khitan gratis, juga diberikan bingkisan berupa sarung, uang saku, suvenir dan obat-obatan. “Standar lah (seperti umumnya khitan massal), cuma bedanya kita di hotel,” pungkas Dokter Rif’at. (har)