
SURABAYA (JP) – Menteri Koordinator (Menko) Pangan RI, Zulkifli Hasan (Zulhas) melakukan kunjungan kerja ke Kelompok Tani (Poktan) Kosagrha Lestari di Medayu Selatan, Rungkut, Surabaya, Senin (10/2/2025). Ia beserta rombongan datang melihat pengelolaan urban farming di Surabaya.
Zulhas tiba untuk mengetahui urban farming di Surabaya, sekitar pukul 08.30 WIB. Di lokasi turut menyambut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Antiek Sugiharti, beserta anggota kelompok tani.
Menko Zulhas memberikan apresiasi terhadap penerapan konsep urban farming di Kota Surabaya. Salah satunya oleh kelompok tani di Medayu Selatan ini dengan memanfaatkan fasilitas umum (fasum) untuk lahan pertanian.
“Jadi memang menjadi lurah, menjadi camat syaratnya cinta sama warga. Kalau cinta sama warga, terus ketemu, biasanya melahirkan hal-hal yang kreatif. Contohnya warga RW IV ini punya lahan fasum tapi dibikin produktif, dibikin tanaman sayuran, cabai, terong, pengembangan ikan, ada ayam petelur. Ini luar biasa,” ujar Menko Zulhas.
Menurut Menko Zulhas, jika budaya menanam seperti ini menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Maka kemandirian pangan nasional dapat segera terwujud.
“Di sini lahannya ada 900 meter persegi. Dengan menanam begini, maka sayuran cukup, ikan cukup, cabai tidak ada masalah, telur ada, ikan ada. Sekali lagi, kalau gerakan ini terus menyebar ke seluruh Indonesia, akan sangat membantu rakyat kita dan membantu diri kita sendiri. Saya apresiasi, terima kasih,” jelas dia.
Di tempat yang sama, Antiek Sugiharti, menjelaskan bahwa kunjungan menko pangan bertujuan untuk melihat langsung praktik urban farming di Kota Pahlawan yang berkontribusi dalam menjaga stabilitas harga pangan.
“Beliau berkunjung ingin melihat dari informasi, bagaimana menggerakkan kelompok tani urban farming yang cukup memiliki kontribusi terutama di dalam memilih jenis tanaman yang mempengaruhi inflasi. Seperti tadi yang beliau sebutkan, cabai. Jadi kalau cabai bisa kita budidayakan, tidak akan mempengaruhi harga di pasar,” katanya.
Selain itu, ia menuturkan bahwa apabila konsep urban farming seperti di Kosagrha ini bisa berkembang di banyak tempat. Maka ketersediaan pangan di Indonesia akan semakin terjamin.
“Karena seperti di sini ada sayuran, ayam, telur, ikan. Jadi beliau mengapresiasi kalau bisa mengembangkan ini di banyak tempat, tentunya bisa menjadi contoh baik di tingkat nasional,” jelas Antiek.
Menjelaskan, saat ini terdapat sekitar 130 kelompok tani urban farming. Selain itu, terdapat pula 35 kelompok tani konvensional yang fokus pada tanaman pangan.
“Kalau petani konvensional biasanya lebih banyak ke tanaman pangan, seperti menanam padi dan jagung,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Kosagrha Lestari, Pridha Nashari Rakhmatika, mengaku bangga dan termotivasi atas kunjungan menko pangan ke lokasi mereka. “Sebagai kelompok tani, kami merasa dengan kehadiran menko pangan, merasa termotivasi, ter-support,” ujarnya.
Ia menceritakan awalnya poktan-nya ingin mengembangkan lahan fasum menjadi lebih bermanfaat untuk warga sekitar. Menyulap lahan yang sebelumnya langganan banjir pun menjadi tempat budidaya berbagai jenis tanaman sayuran.
“Jadi kami awalnya memulai dengan menanam sayur melalui botol plastik. Sekarang sudah ada berbagai tanaman, seperti lobak putih dan melon,” jelasnya.
Untuk struktur organisasi poktan terbagi ke dalam tiga bidang. Yakni usaha, pertanian, dan peternakan. “Usahanya banyak sekali, selain kita jual fresh produk pertanian, kita juga jual produk olahan,” bebernya.
Saat ini, kelompoknya tengah mengembangkan lahan di bagian belakang. Rencananya akan memakai lahan tersebut untuk menanam sawi. “Harapannya nanti bisa mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), mungkin sebagai salah satu supplier,” pungkasnya. (*)