[Iklan : RAJA SNACK & DAPUR CINTA]

Tahu Takwa Asongan Kediri Gatot Siswanto Raih Sukses

tahu takwa
TAHU KUNING: Ketua PWI Kediri Bambang Iswahyoedhi memberikan oleh-oleh kepada tim penguji UKW. (Foto:Harun)

KEDIRI, Jpnewsid – Merintis usaha sejak 1990, Gatot Siswanto (51) Ketua UKM Kelud Mandiri mengalami pasang-surut selama 17 tahun sebagai produsen tahu khas Kediri GTT (Gudange Tahu Takwa).

Awalnya Gatot Siswanto pedagang asongan tahu takwa Kediri Raya yang keliling mulai stasiun, terminal, pasar tradisional sampai pasar oleh-oleh di Kertosono (Nganjuk). Namun, kini ia sukses membangun Pusat Oleh-oleh GTT dengan latarbelakang UKM.

“Satu-satunya pertama kali komunitas UKM bisa membuat pasar sebesar sampai sekarang di Bra’an Mengkreng (batas) Kertosono itu komunitas saya,” ungkapnya, Sabtu (24/6/2023) siang kepada wartawan kelas Madya UKW di Kampus UNP Kediri.

Gatot menceritakan bahwa selama 17 tahun berjualan ia lakukan sendiri, idealis, tidak berkelompok, menutup diri dan enggan bersosialisasi. 

“Semua pengalaman (skill produksi tahu) saya pakai sendiri, tidak dikerjakan secara berkelompok dengan karyawan. Sehingga usaha tidak bisa berkembang,” tuturnya.

Krisis Borak Formalin Tahu Khas Kediri 

Pada akhirnya sampailah kepada peristiwa pahit sekitar 2007 silam. Di mana krisis tahu Kediri yang terjadi akibat temuan kandungan borak formalin sebagai pengawet. Otomatis omzet terjun bebas.

READ  Awarding Agustusan, Sekdaprov Jatim: Tahun Depan Lebih Meriah!

Seolah menjadi titik balik, di situlah Gatot dan kawan-kawan sadar, bahwasannya untuk membangun usaha itu harus berkelompok. Maka terbentuklah kelompok UKM Kelud Mandiri.

Gatot pun menjadi anggota UKM, dan punya produk Tahu Takwa, yang mempunyai ciri khas warna kuning dengan tekstur padat dan kenyal.

“Kebetulan di kelompok tersebut saya punya produk (tahu) mendominasi kelompok UKM, dan selalu dicari pelanggan,” tuturnya.

Tahap demi tahap isu penggunaan bahan pengawet berbahaya, ia dan kelompoknya tepis dengan jalan membuka diri secara masif melakukan sosialisasi, bahwa tidak semua Tahu Takwa mengandung borak.

“Yang kenyal dan padat belum tentu terindikasi borak dan formalin,” ucapnya. 

Sosialisasi dan pelatihan cara pembuatan berkembang menjadi media promosi, mulai dari dua karyawan setahap demi tahap menjadi besar seperti sekarang.

Dijelaskan Gatot, tekstur kenyal padat dan awet tahu kuning itu dari kunyit. Serta pembuatannya dengan kadar air minimal dibandingkan tahu umumnya. Sebab, konsepnya oleh-oleh kirim ke luar kota.

READ  Fourfeo di Gununganyar Meriah Semua Tim Saling Mengalahkan 

“Ketahanan (tahu kuning) normalnya 2-3 hari sudah berlendir. Tapi kami punya produk yang tahan seminggu dengan konsep kemasan kedap tujuan pengiriman luar kota,” jelas pria yang kini menjabat Kepala Desa Toyoresmi ini.

Pusat Oleh-oleh Terbesar se-Jatim GTT 

Gudange Tahu Takwa (GTT). Menurut Gatot kata takwa ini sebenarnya mengutip bahasa Tionghoa yaitu tauwa, artinya tahu. “Cuma lidah orang Jawa bilang takwa,” ungkapnya berkelakar.

Setelah banyak belajar dari sulitnya berjualan secara invidual, Gatot dan kawan-kawan berkesempatan mendapatkan pembinaan Pemkab Kediri berupa SDM, pemasaran, packaging, legalitas hingga promosi.

Akhirnya setelah 5 tahun berkembang menjadi pusat oleh-oleh terbesar di Kediri. “Tidak ujuk-ujuk menjadi besar, tetapi banyak pengalaman dan kesulitan yang kami lalui bersama kelompok UKM Kelud Mandiri,” ujarnya.

Omzet Tembus 1 Miliar per Bulan

Sekarang kelompoknya sudah menjadi Pusat Oleh-oleh UKM se-Jawa Timur, namanya GTT Kediri di Jl Pamenang No. 1 Desa Toyoresmi Kec Ngasem.

“Omzet sebelum pandemi mencapai per bulan hingga 1 miliar rupiah. Saat terjadi Covid-19 menurun, namun saat ini mulai membaik, nimbus per bulan 600-800 juta,” bebernya.

READ  Sparing Perdana Keluar Gunung Anyar SSB PSG Unika Ukir Sejarah

Setiap UKM di pusat oleh-oleh menjual beberapa produk. Meski muncul kelompok baru, itu tidak ditutup, yang penting itu UKM produksi, mereka diajak kerjasama dengan BUMN dan Pemkab Kediri.

“Mereka mendapatkan banyak fasilitas pembinaan UKM, karena persaingan ketat, sehingga meminta bantuan pemerintah untuk sosialisasi hingga kemasan, sehingga mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi,” ucapnya.

Pembukaan pusat oleh-oleh secara resmi pada Senin, 1 Juli 2013 jam 09.00 WIB oleh Bupati Kediri atas inisiatif pemerintah daerah. Mula-mula Gatot sempat terkejut namun sangat bersyukur.

“Tempat produksi di Dusun Besuk punya 6 mitra tersebar di Kecamatan Branggang Ngadiluwih, Pagu, Nganjuk dan Kandat. Untuk di desa kita sendiri ada 5 tempat produksi,” urainya.

Karyawan terdaftar di BPJS Tenaga Kerja dan Kesehatan ada 48 yang belum masuk itu freelance, tenaga kontrak.

“Omzet toko sama produksi beda, kalau toko per hari biasa Rp8-9 juta. Bagi pelaku UKM ini sudah sangat besar.”

“Itulah kenapa buat kelompok untuk komitmen saling membantu. Ibarat kata kita itu semut bukan gajah. Kerjasama kemitraan dengan pemerintah penting untuk pemasaran selama bertahun-tahun,” pungkasnya. (har)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *