[Iklan : RAJA SNACK & DAPUR CINTA]

Sepak Bola Liverpool Seri 1, Siswa Baru Klik PSG Unika Raffaza

Sepak Bola Liverpool
FUN GAME: Siswa baru SSB Klik PSG Unika, Raffaza (10) saat belajar sepak bola Liverpool, Inggris (kanan: bawah) sudah bergabung latihan di Gununganyar, Surabaya, Minggu (26/5/2024) pagi. (Foto: Harun)

Jpnews.id – Muhammad Abrisham Raffaza membawa pengalaman dari klub English Premier League, EPL, Liverpool FC (LFC). Ini tampak saat siswa baru ini mengikuti latihan SSB Klik PSG Unika, Minggu (26/5/2024) pagi di lapangan Poltekpel, Gununganyar, Surabaya.

Momo, sapaan lekat bocah 10 tahun itu, berkesempatan latihan sepak bola di Inggris. Karena mengikuti orang tuanya yang melanjutkan studi S3 di kota Liverpool.

Kecintaan Momo terhadap sepak bola tumbuh setelah tinggal di lingkungan yang tiada hari tanpa bermain sepak bola. Sehingga setibanya di Tanah-air, anak kelahiran September 2014 di Surabaya inipun langsung mendaftar  sekolah sepak bola (SSB) Klik PSG Unika.

Momo yang berdomisili di Perumahan Evergreen de Parc, Gununganyar itu, terlihat percaya diri berbaur dengan teman-teman barunya. “Saya lihat, anaknya percaya diri, berani mendribel bola, serta visinya ada. Kayak seperti biasa main,” komentar Kahfiderossi, eks pemain Bajul Ijo U-17 Soeratin 2023 Jatim, yang menambah porsi latihan mandiri.

Sementara itu, coach Romadhon menambahkan, kalau siswa baru, seperti umumnya yang lain masih perlu banyak belajar. “Sedikit kaku, tapi nanti dengan latihan pasti bisa, kalau ada kemauan,” kata mantan asisten pelatih Persebaya U-15 ini.

Dalam kesempatan itu, Muhammad Misbahul Munir (40) ayah Raffaza menceritakan pengalaman langka selama hidup di benua Eropa itu.

“Alhamdulillah saya termasuk orang yang beruntung bisa tinggal di Liverpool. Karena pada 2020, istri sebagai dosen ITS menerima beasiswa S3. Kebetulan anak saya, Raffaza masih berumur 7 tahun.”

READ  Sparing Perdana, SSB PSG Unika Kalah 2-3 dari SSB Bintang Muda Kediri

“Di sana, pertama sekolah umum gratis, masih dapat makan siang. Ini fasilitas dari pemerintah (Liverpool,red) ini, juga berlaku bagi warga negara asing, tetapi memiliki KTP sementara. Karena memiliki izin tinggal, sehingga dianggap mempunyai hak yang sama dengan warga lokal.”

“Kita sudah dapat visa sebagai student (izin tinggal belajar, red). Di sana banyak fasilitas olahraga untuk anak-anak kecil termasuk sepak bola.”

Nah, kebetulan nggak jauh, 50 m dari rumah saya tinggal, terdapat sport centre (pusat olahraga) bentukan foundation (yayasan) dari developer (pengembang) terkenal di Liverpool,” terangnya.

Lebih lanjut, Munir, sapaannya, kalau pengembang ini bekerja sama dengan Pemerintah Liverpool menyediakan pembinaan fasilitas olahraga usia dini. Di mana, anak-anak yang ingin berolahraga, bisa ikut secara gratis. Salah satunya sepak bola. 

“Secara umum ikut sepak bolanya gratis. Tetapi, di awal membayar Rp70 ribu untuk satu tahun. Baru tahun berikutnya membayar lagi,” katanya.

Masih Munir, bahwa setiap harinya ada pembagian jam latihan tiap kategori usia, seperti 7-10 tahun. Selanjutnya usia, dan seterusnya. Itu ada jadwalnya. “Kemudian, lebih bersifat fun untuk usia dini. Waktunya nggak lama, cuma satu jam setiap hari. Mereka datang, masuk lapangan. Kebetulan lapangan sintetis tapi besar,” tuturnya.

Dalam setiap sesi latihan, anak-anak itu, mengawali latihan dasar passing sekitar 10-15 menit. Setelah itu fun game. “Mainnya sore setelah pulang sekolah setiap hari, tapi semua dapat jadwal masing-masing. Untuk Raffaza sendiri, dapat hari Kamis, sama Jumat. Plus ada hari Selasa itu, pelatihan dari LFC Foundation (yayasan klub Liverpool,red),” ungkapnya.

READ  PSG Unika Tatap Turnamen U-10 usai Sukses Lomba Agustusan

Sebagai informasi, LFC Foundation ini semacam lembaga yang mensosialisasikan sepak bola ke anak-anak. “Mereka membuat satu program coaching clinic dengan mendatangi tiap-tiap sport centre. Kayak training dasar, tapi dari Liverpool-nya. Setiap hari Selasa selama satu jam. Nah, anak saya ikut di situ, semuanya gratis. Mereka masuk lapangan latihan basic sekitar 25 menitan, lalu game,” beber Munir.

Menurutnya, bahwa yang bagus dari LFC ini, ketika dari tiap-tiap pusat olahraga ini, terdapat anak-anak berbakat, selanjutnya menyeleksi untuk masuk akademi-nya Liverpool.

“Untuk yang ikut latihan sepak bola ada banyak warga asing. Karena kebetulan saya tinggal di kampung imigran dari multi country. Rata-rata pencari suaka dari negara Timur Tengah rawan konflik, seperti Suriah dan Yaman.”

“Di tempat kami tinggal, selain warga lokal, juga ada warga imigran dan para student (penerima beasiswa belajar (kuliah,red), berbagai negara. Jadi, anak kecil itu kalau sudah bicara sepak bola, mereka lupa warna kulit. Pokoknya kalau main bola, lupakan warna kulit, asal negara, orang kaya tidak, lupakan. LFC ini, juga mensosialisasikan masalah rasisme, bullying, itu nggak boleh, termasuk ketika LFC ini masuk (sosialisasi,red) ke sekolah umum,” jelasnya bersemangat.

Munir juga menjelaskan, bawah setiap pengembang di Liverpool punya kewajiban membuat sport centre untuk anak-anak usia dini saat mereka mengajukan perizinan. 

Hal itu, yang menyebabkan di Liverpool biaya SSB murah, bahkan gratis. “Berdasarkan pengamatan saya. Karena penyaluran pajak negara tepat sasaran. Tidak berkurangi tidak menambahkan. Hasil pajak betul-betul dikembalikan kepada masyarakat untuk fasilitas olahraga. Benefit atau keuntungan untuk rakyatnya, yakni ketika ada keluarga yang tidak bisa bekerja, kemudian punya anak. Itu sama pemerintah dapat subsidi terima uang terus,” jelasnya.

READ  Pelindo Serahkan Bantuan Renovasi Pondok Pesantren di Purbalingga

Sambung Munir, peran pemerintah sangat penting terutama saat bekerja sama dengan developer itu sangat luar biasa programnya. 

“Mohon maaf, kayaknya kepentingan politik (dalam pembinaan sepak bola,red) di Liverpool tidak berpengaruh. Dan satu lagi, sepak bola di Liverpool benar-benar menjadi budaya yang harus diangkat. Mereka punya perasaan cinta sepak bola kayak kita cinta kepada kebudayaan kita, seperti tari,” timpalnya.

Oleh karena itu, Munir sebagai wali murid memandang perlu mencontoh negara maju. “Jeleknya sepak bola kita masih menyangkut-pautkan dengan kepentingan politik, kepentingan kelompok. Sehingga perkembangan sepak bola Indonesia terlalu jauh dibandingkan dengan negara-negara maju.”

“Mereka memang fokus sepak bola, secara manajemen pengelolaan juga profesional. Kemudian, tidak adanya kepentingan politik. Tapi, saya yakin ke depannya sepak bola kita bisa maju seperti mereka,” tukasnya.

Optimisme Munir tersebut, terutama aksi nyata Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. “Saya salut sama beliau, salah satu pengusaha yang punya pengalaman menjadi owner klub sepak bola (raksasa,red) Eropa kayak Inter Milan. Kemudian Dallas FC Amerika Serikat.”

“Secara tidak langsung, beliau memiliki pengalaman mengelola manajemen sepak bola itu seperti apa? Ini terbukti ketika diterapkan di timnas, kita bisa melihat langsung hasilnya. Walaupun tidak sampai lolos olimpiade, tapi secara target (juga permainan,red) itu sudah luar biasa sekali,” tandasnya.

Berkaca pengalaman 3,5 tahun di Liverpool, Munir menilai tempat latihan SSB Klik PSG Unika di Gununganyar cukup memadai. “Lapangan bagus dan standar. Kalau anak saya fun game dulu lah,” pungkasnya singkat. (har)

(Bersambung Seri 2)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *