Jpnews.id – Ratusan pesepakbola mengikuti seleksi tim PSF Academy Jakarta, Minggu (21/1/2024) pagi 09.00 WIB di Lapangan Desa Mojoparon, Jl Raya Rembang, Kabupaten Pasuruan.
Peserta seleksi berasal dari sejumlah kabupaten/kota di Jawa Timur, kelahiran 2006, 2005 dan 2004.
Dari informasi undangan, seleksi tersebut untuk pembentukan tim yang bakal diterjunkan dalam kejuaraan internasional di Bandung, Jawa Barat. Selain itu, juga untuk persiapan tim Liga 3 Batavia FC.
Abu Bakar Assegaf mengungkapkan bahwa ia diminta pak Gede (Widiade) untuk mengadakan talent scouting di Jawa Timur.
“Di Bangil untuk menyeleksi pemain Jawa Timur yang terbaik. Alhamdulillah yang hadir kurang lebih 158 (pemain),” ungkap penanggungjawab seleksi ini.
Kemungkinan seleksi hari kedua besok akan banyak yang hadir. “Kebetulan anak-anak lokal Pasuruan hari ini hanya sekitar delapan anak. Karena miskomunikasi dan kegiatan bersamaan. Insyaallah besok banyak yang hadir,” katanya.
Pria yang juga pengurus asprov ini menambahkan bahwa ini juga menjadi ajang silaturahmi para pemain muda. Yang nantinya bakal mewarnai kompetisi sepak bola Indonesia. “2030 insyaallah pemain-pemain ini sudah kelihatan,” terangnya.
Ia juga berharap adanya talent scouting seperti ini bisa mendapat dukungan dari Asprov PSSI Jatim. “Karena para pemain ini nantinya bisa dipromosikan ke PON maupun daerahnya masing-masing.”
“Ada yang dari Banyuwangi, Pasuruan, Surabaya, Jombang, Tuban. Tulungagung juga ada. Pokoknya dari mana-mana,” tukasnya.
Terkait potensi para pemain muda ini kedepannya di tengah gencarnya para pemain naturalisasi, Abu Bakar menuturkan bahwa pada tahun 2030 ia yakin bisa tergantikan anak-anak ini.
“Saya yakin dengan potensi anak-anak ini, maka para pemain naturalisasi itu sudah tidak ada. Karena kalau kita betul-betul pembinaannya dengan baik, katanya Shin Tae-yong, kompetisi kita harus betul-betul di perbaiki. Terutama perwasitan.”
“SDM wasit di Indonesia itu harus betul-betul sesuai aturan FIFA. Jangan wasit seenaknya sendiri dengan tuan rumah pokoknya main hantam kromoan,” tukasnya.
Sambung Abu Bakar, terutama pengurus bola itu agar tidak membawa timnya masing-masing. “Netral aja. Harus gitu. Kalau tidak netral, rusak nantinya pembinaan kita ini,” ucapnya.
Di samping itu, ia mengaku tidak setuju adanya naturalisasi. Karena menurutnya itu terpaksa. “Nanti 2030, 2032 itu sudah tidak ada kalau kompetisinya betul-betul di jalankan dengan baik,” pungkasnya.
Dalam proses seleksi tampak juga pelatih senior Ibnu Grahan turut memantau jalannya proses seleksi. Selain itu juga ada Sabilillah mantan pengurus Askot PSSI Surabaya. (har)