Jpnews.id, SURABAYA – Demensia atau penyakit alzheimer gejalanya memang biasanya didahului lupa atau pikun. Namun anggapan ini tidak sepenuhnya benar.
Sementara kasus demensia diprediksi terus meningkat hingga 152 juta pada 2050 mendatang. Terutama di negara berpendapatan rendah dan menengah.
Berangkat dari hal itu, Dr dr Valentinus Besin SpN menulis judul buku “Ayo Bersama Cegah Demensia”, disingkat ABCD.
Tak sendirian, Valentinus dalam membuat buku, juga dibantu penulis lain yang notabene ayah kandungnya, yaitu Dr Drs Gaspar Besin MPd.
Ia menjelaskan latar belakang penerbitan buku ABCD. Karena kasus demensia di masyarakat terus meningkat. Sementara usia harapan hidup mengalami peningkatan. Sehingga para lansia, juga berpotensi mengalami demensia.
Tak hanya lansia, tapi masyarakat yang berusia lebih muda, juga dapat mengalami demensia. Bahkan di usia kurang dari 60 tahun, juga rentan demensia.
“Kami berharap melalui penerbitan buku ini, semua kelompok umur. Termasuk anak muda, dewasa ikut melakukan gerakan Ayo Bersama Cegah Demensia,” katanya usai bedah buku ABCD di lantai 9 Grha Prodia Jl Diponegoro Surabaya, Sabtu siang (23/9/2023) lalu.
Pria yang juga dosen kedokteran ini melalui bukunya berpesan, bahwa berapapun usia kita. Apalagi, yang masih muda produktif, harus berpikir langkah-langkah mencegah demensia dengan sejumlah kiat-kiat yang ada di buku ABCD.
“Bukan hanya tanggung jawab dokter saja. Tetapi gerakan pencegahannya bisa dilakukan oleh semua kelompok usia di masyarakat,” tuturnya.
Menurut dokter klinik Prodia Jemursari ini, bahwa pikun sebenarnya gangguan memori, atau lupa kata lain pikun. Nah, gangguan memori atau lupa adalah salah satu gejala demensia.
“Biasanya diikuti gejala fungsi kognitif lain, seperti gangguan bahasa, gangguan pengambilan keputusan, gangguan visus facial, gangguan konsentrasi,” terangnya.
Maksudnya, sambung dokter yang juga bertugas di RS kawasan Nginden ini. Bahwa pikun baru bisa dibilang demensia, jika mengganggu aktivitas dan interaksi sosial.
“Demensia atau penyakit alzheimer adalah gejalanya memang didahului lupa atau pikun. Tapi diikuti gangguan aktivitas sehari-hari saat interaksi sosial tadi,” jelasnya.
Gejala demensia lainnya masih banyak. Masyarakat dapat membawa pasien ke dokter spesialis neurologi, jika menemui gejala tersebut.
“Nanti biar dibantu pemeriksaan, karena ada cek fisik, kognitif. Dan bila perlu ada pemeriksaan pencitraan otak melalui MRI atau ct scan kepala,” ujarnya.
Nah, di Prodia terdapat beberapa fasilitas pemeriksaan yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Dan secara umum faktor demensia terbagi dua. Yakni demensia yang bisa dimodifikasi dan yang tidak.
Contoh yang tidak bisa dimodifikasi itu faktor genetik atau keturunan. Untuk memeriksakan kerentanan genetik seseorang mengalami demensia itu bisa pemeriksaan genomik di lab.
Untuk yang bisa dimodifikasi, atau bisa diobati dan ditangani, maka harus mendeteksi, menerapi penyakit lain.
Seperti diabet, kencing manis itu harus periksa gula darah. Atau periksa tensi secara teratur bagi penderita hipertensi, juga medical check up lainnya seperti gangguan tyroid ini memiliki juga risiko demensia.
“Jadi bisa memeriksakan faktor kerentanan genetik, dan medical check up. Untuk mengetahui sejumlah risiko yang harapannya masih bisa diobati dan diterapi secara dini,” urai Valentinus.
Dalam kesempatan itu, Antonius Erbano selaku Regional Head East Java Batara Prodia, menyambut baik peluncuran buku ABCD ini.
“Karena buku ini isinya sangat mudah dipahami masyarakat. Bahasanya awam sekali pakai bahasa gaul. Sehingga masyarakat punya satu referensi lagi untuk mengetahui demensia,” ucapnya.
Oleh karena itu, Prodia sangat mendukung. Karena juga punya klinik yang khusus menangani demensia. Yaitu Prodia Senior Health Centre di Jl Ir Soekarno (MERR), timpal Antonius.
Sebagai informasi, peluncuran buku ABCD ini, juga bertepatan Hari Demensia Alzheimer yang diperingati setiap 21 September.
Judul buku ABCD ini, juga sesuai dengan topik World Alzheimer Report 2023 oleh Alzheimer’s Disease International. Yaitu “Reducing Dementia Risk: Never Too Early, Never Too Late’.
Dukungan penerbitan buku dari Penerbit PT Elex Media Komputindo. Di mana penulis pertama, Valentinus menyajikan jurnal-jurnal yang update terkait pencegahan demensia di buku ini.
Sedang penulis kedua Gaspar adalah seorang pengajar senior sastra Inggris. Ia menyajikan materi bahasa dan pengaruhnya terhadap pencegahan demensia.
Dua orang editor juga berperan penting. Pertama adalah Stella Olivia SPsi MSi penggagas Rumah Baca Welcome Friends, yang memberikan sentuhan psikologis buku ini.
Editor kedua adalah dr Agatha Efrad Saputri, yang mengubah bahasa kedokteran menjadi lebih mudah dicerna oleh awam usia berapapun.
Buku tersedia di Toko Buku Gramedia dan versi ebook pdfnya. Berikut link resminya.
https://ebooks.gramedia.com/id/buku/abcd-ayo-bersama-cegah-demensia. (ros)