SURABAYA, Jpnews.id – Piala Dunia U-17 Indonesia 2023 atau FIFA U-17 World Cup merupakan edisi ke-19.
Turnamen ini telah berlangsung sukses pada 10 November – 2 Desember lalu di empat kota. Yakni Surabaya, Surakarta, Bandung dan Jakarta.
Kendati demikian, cerita sukses di semua sektor, kisah inspiratif dan kenangan luar biasa tersimpan kesan mendalam di benak masyarakat khususnya pegiat sepak bola di Tanah-air.
Bahkan masyarakat asing dari tim peserta, Delegasi FIFA dan suporter dari berbagai negara punya kesan baik. Dan ingin setiap tahun ada event internasional di Indonesia. Ini diketahui dari sosial media Erick Thohir Ketua PSSI Pusat.
Namun, seperti apa kesan dari sejumlah pegiat sepak bola nasional terutama dampak positif Piala Dunia U-17 terhadap pembinaan usia dini, agar sepak bola Indonesia terus berkembang maju, berikut penuturan sejumlah praktisi.
“Kalau dari sisi pelatih bisa melihat langsung ke stadion. Dan akhirnya punya standar dan ukuran bahwa U-17 dunia kualitasnya seperti itu,” tutur Ibnu Grahan pelatih senior, yang juga legenda hidup Persebaya, Jumat siang (8/12) kemarin saat dihubungi di Jakarta.
Menurutnya, dampak Piala Dunia U-17 bagi sekolah sepak bola (SSB) dan akademi sepak bola. Yaitu dapat menaikkan level teknis maupun mental pemain usia dini untuk mengejar secara individu.
“Untuk pelatih semakin membuka wawasan terutama taktikal baik mulai pemanasan, pertandingan, sampai bertahan, selama hingga akhir pertandingan,” tukasnya.
Senada, Winarno pencetak gol tercepat sepanjang masa ke gawang Persipura Jayapura menambahkan, kalau Piala Dunia U-17 menginspirasi ia saat melatih anak-anak SSB.
“Mereka semua (anak-anak SSB bersama walimurid) punya kesempatan untuk berkembang lebih jauh,” ujar pelatih SSB Indonesia Muda ini.
Sementara itu mantan pengurus Askot PSSI Surabaya, Sabillillah menyoroti pentingnya kolaborasi antara federasi dengan pemerintah untuk pembinaan berkelanjutan.
“Federasi (PSSI) dan pemerintah harus hadir. Tidak bisa kita tradisional terus. Contoh untuk latihan beban dan kebutuhan recovery butuh perlengkapan.”
“Bagaimana recovery dengan es. Kalau nggak, ya pijat tradisional terus. Sudah ketinggalan ini. Terus latihan beban. Kalau nggak ya perkembangan fisik kurang pesat,” terangnya.
Ia menyebut, bahwa sekolah sepak bola, pssi, hingga saat ini tidak banyak yang memiliki lapangan sendiri, belum bicara soal standarisasi lapangan.
“Lapangan saja tidak punya. Bagaimana bisa maju. Maka diperlukan kolaborasi dengan pemerintah untuk memenuhi keperluan itu.”
“Kerja sama antara praktisi (pelatih), keilmuan, sains (kalangan akademisi). Dan infrastruktur dari pemerintah. Baru bicara pembinaan, regulasi dan relasi, ke mana anak-anak ini disalurkan nantinya,” jabar pensiunan guru olahraga ini.
Pada akhirnya, sambung Sabilillah, bahwa adanya Piala Dunia U-17 ini, pandangan kita semakin terbuka, bagaimana mengelola sepak bola ini butuh kerja sama banyak pihak tersebut.
FIFA Sebut Surabaya Penyelenggara Piala Dunia U-17 Terbaik
Dalam kesempatan menyaksikan laga Piala Dunia U-17, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menceritakan momen yang luar biasa ketika menonton pertandingan Timnas Mali melawan Timnas Mexico pada Selasa (21/11) lalu.
Kala itu, Wali Kota Eri mengaku disamperin FIFA menyampaikan terima kasih dan luar biasa.
Katanya, di antara semua stadion di Indonesia, Stadion GBT lah yang paling siap, yang terbaik.
Menurut Wali Kota Eri, penilaian berdasarkan kualitas rumput, transportasi, dan kesiapan kota ini beserta seluruh stakeholder dalam menyambut pagelaran Piala Dunia U-17, termasuk pula pengamanan dan pelaksanaannya dibilang FIFA yang terbaik di Indonesia.
Oleh karena itu, ia mengaku sudah menyampaikan kepada pihak PSSI bahwa Surabaya selalu siap apabila ada pertandingan Timnas Indonesia selanjutnya, baik di event sepak bola nasional maupun event dunia lainnya.
Bahkan, ketika ada tender atau apapun itu untuk pelaksanaan event sepak bola, Wali Kota Eri berharap Stadion GBT dan Kota Surabaya di libatkan.
“Kita ingin menjadi bagian daripada pergerakan sepak bola, baik di level nasional lebih-lebih di event dunia atau internasional,” ujarnya.
Seabrek Manfaat Piala Dunia U-17 Kata Ketua Asprov PSSI Jatim
Di kesempatan lain, Ketua Asprov PSSI Jatim, Ahmad Riyadh UB menilai gelaran Piala Dunia U-17 di sektor ekonomi misalnya, tidak sedikit UMKM yang meraup keuntungan, begitu juga warung dan toko kelontong.
Hal itu membuat roda perekonomian di empat kota tuan rumah Piala Dunia U-17 pun berputar lebih kencang imbas dari kedatangan ratusan pendukung tim-tim yang bertanding.
Kemudian bagi pelaku sepak bola di Indonesia. Salah satunya memacu para pemain muda untuk meningkatkan kemampuannya.
“Mereka menyaksikan permainan tim-tim dari negara lain. Bagaimana cara bermain. Itu membuat motivasi pemain-pemain muda meningkat, semangatnya mereka mendidih. Ini salah satu efek bagus bagi sepak bola kita,” ujar abi Riyadh, begitu biasa di sapa.
Selain itu, federasi sepak bola Indonesia, juga bisa menentukan gaya permainan negara mana yang bisa di tiru dan di adaptasi oleh sepak bola Indonesia.
“Sampai ke depan, Indonesia memiliki cara utama yang sama dari hulu hingga hilir. Artinya, ada keseragaman cara main.”
“Dengan begitu, para pemain Indonesia tidak harus melakukan TC jangka panjang. Karena Argentina hanya butuh dua minggu berkumpul untuk bermain sebaik itu,” ucap Riyadh.
Ini belum termasuk ketegasan dan kedisiplinan dalam penyelenggaraan, di mana FIFA memberlakukan zero toleransi terkait aturan yang sudah di tetapkan.
Begitu pula dengan sistem pengamanan yang belum pernah di terapkan petugas di dalam stadion maupun aparat kepolisian.
“Mungkin kalau di paparkan semua, terlalu banyak. Ini tidak memungkinkan. Yang jelas, dampak positifnya luar biasa. Hal ini tak lepas dari pemberitaan masif dan positif yang di buat oleh teman-teman jurnalis,” pungkas Riyadh. (har)