SURABAYA (JPNews.id) – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi membeberkan pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Pemkot Surabaya dengan mengimplementasikan pemerintahan digital secara terintegrasi. Salah satunya dengan menyatukan kekuatan teknologi digitalisasi dalam pelayanan publik hingga pada proses penanganan stunting di Kota Pahlawan melalui aplikasi Sayang Warga.
Hal ini disampaikan oleh Wali Kota Eri saat menjadi salah satu pembicara dalam kegiatan “Sosialisasi dan Asistensi RB Tematik dan Perubahan Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024”. Yakni, sharing knowledge terkait Implementasi Reformasi Birokrasi Tematik terhadap Pemanfaatan Digitalisasi Administrasi Pemerintah dalam Penanganan Stunting di Kota Surabaya, Selasa (11/4/2023) di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Wali Kota Eri tidak sendiri, sebab terdapat beberapa pembicara lainnya. Di antaranya, Sekretaris Eksekutif KPRBN Eko Prasojo, Kepala BPSDM Kementerian Dalam Negeri Sugeng Hariyono, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, serta Asisten Deputi Perumusan dan Koordinasi Kebijakan Penerapan Birokrasi Kementerian PANRB Agus Uji Hantara.
“Sebetulnya Sayang Warga adalah SupperApp Kota Surabaya terkait data seluruh warga Kota Surabaya. Di tahun 2023, data yang dihasilkan oleh SupperApp Sayang Warga, saya yakin bisa mengentas kemiskinan, pengangguran, angka kematian ibu dan anak, serta mensejahterakan masyarakat,” kata Wali Kota Eri.
Aplikasi Sayang Warga yang dibesut oleh Wali Kota Eri, kini telah digunakan oleh 38.000 Kader Surabaya Hebat (KSH) untuk melakukan pendataan di lingkungan perkampungan. Karenanya, seluruh kebijakan Pemkot Surabaya, mulai dari pelayanan publik hingga pemberian intervensi, dilakukan berdasarkan data yang terhimpun dari aplikasi Sayang Warga.
“Dalam satu RT saya bisa mengetahui siapa saja yang menganggur, ada atau tidak balita stunting, berapa jumlah hamil, hingga siapa saja yang membutuhkan kursi roda. Karena lewat SupperApp ini data berdasarkan NIK, by name by addres,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Wali Kota Eri mengaku bahwa di tahun 2022, Pemkot Surabaya fokus dalam penanganan stunting. Hasilnya, dengan kolaborasi antar PD (Perangkat Daerah) dan seluruh stakeholder, angka stunting di Kota Surabaya turun secara drastis. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi (tingkat penderita) stunting di Surabaya tercatat di level 4,8 persen, terendah di Indonesia.
“Tahun 2023 kita konsentrasikan SupperApp data itu untuk mengentaskan kemiskinan, pengangguran, angka kematian ibu dan anak, investasi dan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Karena 86 persen anggaran pengadaan kita sudah TKDN, yang kemarin saja sudah 3,3 T. Target saya tahun ini 95 persen dan dengan SupperApp ini kita akan terus bergerak,” terangnya.
Meski begitu, Wali Kota Eri menerangkan, Pemkot Surabaya terus mengimplementasikan pemerintahan digital secara terintegrasi. Bahkan, hal ini telah dibuktikan oleh Pemkot Surabaya, dimana Wali Kota Eri telah menerima penghargaan penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dalam ajang Digital Government Award di Jakarta pada Senin, (20/3) lalu.
“Dengan digitalisasi, tidak hanya berdampak dalam satu bidang, tetapi bagaimana digitalisasi yang kita lakukan akan terkoneksi dengan satu yang lainnya. Seperti antar PD saling terintegrasi, sehingga semua permasalahan kota bisa terselesaikan dengan satu data SupperApp Sayang Warga,” pungkasnya. (*/kmf/red)