[Iklan : RAJA SNACK & DAPUR CINTA]

Oei Hiem Hwie Tokoh Literasi Sejarah yang Mulai Dilupakan

oei hiem hwie
TERLUPAKAN: Oei Hiem Hwie di Perpustakaan Medayu Agung di Jl Medayu Selatan Rungkut Surabaya, Selasa (5/7/2023) pagi. (Foto: Medayu Agung/Didin)

SURABAYA (JP) – Tokoh sejarawan dan literasi Oei Hiem Hwie (88) terus bersemangat melestarikan budaya membaca di tengah menurunnya kesehatan mantan wartawan era Presiden Soekarno ini. 

“Gak ada penyakit serius tapi sakit tua. Makan apa saja mau, cuman habis makan langsung BAB,” katanya di Perpustakaan Medayu Agung Jl Medayu Selatan Rungkut, Selasa (5/7/2023) pagi.

Tampak berat badannya terlihat menurun. Beberapa kali ia membungkuk sekedar melemaskan punggung. “Badan lutut terasa sakit semua,” ucapnya.

Jalan pria yang pernah menjadi tahanan politik ini pun makin gontai, sehingga perlu bantuan untuk sekedar menuju kamar mandi.

READ  Pamori Gandeng Dindik Gelar Festival Vokal Keroncong SD SMP

“Saat di perpus seperti ini mengawasi khawatir terpeleset. Makanya, juga pakai pampers,” terang Deden karyawan perpustakaan.

Sementara itu, OHH sapaan akrabnya menjadi korban konspirasi politik tahun 1966 hingga 13 tahun di penjara tanpa pengadilan. Kesalahannya hanya karena anggapan pengikut Presiden Soekarno.

“Saya tidak dibunuh tapi ‘dipisui’ (maki-maki) mulai masuk penjara Lowokwaru (Malang), Kalisosok (Surabaya). Terus Nusa Kambangan sampai Pulau Buru bareng Pram,” ungkapnya.

Pram termaksud, yakni Pramoedya Ananta Toer, pujangga pengarang novel Bumi Manusia yang sudah menjadi judul film box office.

Meski tubuhnya lemas, OHH hari ini telah menjadwalkan untuk pangkas rambut. Namun sebelumnya, sambil jalan terbata-bata menunjukkan jam tangan, bolpoin pemberian Presiden Soekarno. Lalu, foto semasa di Pulau Buru bersama Pramoedya.

READ  Basket Putra PON Jatim Raih Kemenangan Kedua Versus Jateng

Tak hanya itu, OHH juga menunjukkan puluhan piagam penghargaan yang menempel di tembok begitu banyak, baik penghargaan pribadi maupun perpustakaan.

Pria kelahiran Malang 23 November 1935 silam ini dengan suara pelan mengatakan, kalau penglihatan, pendengaran mulai menurun. “Sekarang sudah tidak bisa baca,” ucapnya.

Berkaitan apakah yang saat ini menjadi keperluan mendesak perpustakaan, OHH menjawab singkat, sudah ada yang mengurusi sendiri. Tidak tahu apa-apa.

Saat media ini menggali informasi ke pegawai yang berjaga, sedikit memberikan komentar. “Terutama kebutuhan dana operasional, namun lebih jelasnya bisa tanya ke pengurus di sekretariat,” tutur Didin, demikian juga Mila.

READ  SWK Gunung Anyar Pasang Surut di Tengah Lesunya Ekonomi

Namun demikian, pantauan media ini, bahwa perpustakaan dengan koleksi sejarah, sosial, budaya dan politik terlengkap ini, terlihat sempit karena banyaknya koleksi masih berserakan.

Selain itu lantai bangunan di lantai dua tampak melengkung dan retak oleh beban buku-buku koran hingga majalah.

“Makanya rak-rak buku kita geser ke pinggir. Karena yang tengah gak ada penyangga,” ucap Mila.

Dengan aset sedemikian luar biasa, semestinya pemerintah ikut membantu menjaga dan melestarikan koleksi ‘emas’ tersebut.

“Kalau pengunjung semakin banyak. Mereka umumnya mahasiswa sejarah, tidak hanya dari Surabaya, kayak Unair dan Unesa, tetapi juga kampus dari luar kota seperti UGM Yogyakarta, Unej Jember, dan Unibraw Malang,” timpal Didin.

Saat ini koleksi perpustakaan mencapai puluhan ribu judul mulai buku, majalah hingga koran lama. “Pegawai ada empat karyawan,” pungkasnya. (har)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *