SURABAYA (JP) – Salah seorang calon mahasiswa disabilitas Imayatus Sholihah (19) datang bersama ibunya Nur Kholifah (48) mengaku bercita-cita ingin menjadi guru. Dan untuk mewujudkan itu, ia pun mengikuti SPMB TMUBK yang digelar Direktorat Disabilitas Unesa di Kampus Lidah Wetan, Sabtu (15/7/2023) pagi.
“Pilih Unesa karena program studinya lebih bagus khususnya untuk mahasiswa penyandang disabilitas lebih akses. Cita-cita ingin mengajar dan mengembangkan pendidikan bagi penyandang disabilitas,” aku alumni SLB di Wonoayu Sidoarjo ini.
Ia pun menjelaskan isi wawancara, meliputi pertanyaan seputar motivasi sebagai calon mahasiswa disabilitas memilih Unesa, motivasi mengambil PLB, dan cita-citanya ke depan dengan jurusan yang pilihannya.
“Inginnya jurusan yang saya ambil PLB (Pendidikan Luar Biasa),” tutur Imayatus di Gedung Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK).
Calon mahasiswa lainnya Annisa Mawardah Fazriyah (20) asal Gedek Mojokerto menceritakan asal muasal dirinya mengikuti SPMB disabilitas di Unesa.
“Tahun 2022 lalu masuk Unesa jalur umum UTBK SBMPTN tapi gagal. Terus ikut lagi jalur mandiri UTBK Nasional pakai nilai itu sempat lolos. Tapi tidak lanjut karena tidak ada izin orang tua. Tahun ini coba lagi tes UTBK SBMPTN tapi tetap tidak lolos. Makanya sekarang mencoba jalur mandiri yang disabilitas,” ungkapnya.
Nisa juga menerangkan kalau ia ditanyai seputar kemandirian, kenapa ingin kuliah, kenapa pilih Unesa.
“Waktu lewat jalur normal mikirnya cuma ingin kuliah. Tetapi waktu itu belum banyak kenal teman-teman yang sudah kuliah duluan. Sehingga bingung jalur mendaftar kuliah. Hanya mengandalkan Google waktu itu cari tahu caranya masuk Unesa,” bebernya.
Dengan polos ia menerangkan, bahwa saat wawancara terasa santai. “Alhamdulillah semua berjalan lancar. Kalau lolos ingin ambil pendidikan Bahasa Inggris. Ingin keterima (pas) pengumuman tanggal 18 (nanti),” harapnya.
Sebelumnya Sekretaris Direktorat Disabilitas Unesa Onny Fransinata Aggara SPsi MPsi mengatakan bahwa SPMB calon mahasiswa disabilitas ini satu rangkaian, ada tes tulis dan wawancara.
“Tes tulis sudah terlaksana Kamis – Jumat secara online. Tapi ada dua calon mahasiswa yang ingin tes di sini (kampus),” ucapnya.
Onny menerima mandat Acep Ovel Novari Beny MPd Kasubdit Layanan Disabilitas dan Usaha Direktorat Disabilitas untuk menjawab pertanyaan wartawan mewakili Direktur Disabilitas Unesa Dr Wagino MPd.
Ia menjelaskan kalau tes wawancara melibatkan unsur (penguji), ortopedagogik, psikolog, juga tim dari direktorat disabilitas. Serta wakil dekan dari masing-masing prodi fakultas tujuan masing-masing mahasiswa.
“Wakil-wakil dekan ini hadir, agar nantinya bisa mendapatkan live report seperti ini lah calon mahasiswa dari kita. Sehingga nanti dekan bisa memberikan pertimbangan, bagaimana tindak lanjut, teruskan atau gugurkan,” jelas Onny.
Informasinya sebanyak 26 calon mahasiswa mengikuti tes wawancara ini.
“Teman-teman disabilitas ini punya hak yang sama dengan masyarakat biasa. Sebab mereka juga punya kemampuan, punya potensi. Jadi sudah selayaknya mereka juga mendapatkan kesempatan,” ujar Dodik Arwin Dermawan SST MT salah satu penguji dari fakultas vokasi turut.
Apalagi, lanjut Dodik, pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan, yang mewajibkan industri baik milik pemerintah maupun swasta itu minimal 2% mempekerjakan mereka. “Mereka itu sama kok sama kita. Hanya potensi saja yang perlu pengembangan, dan masyarakat mau menerima mereka, dan tidak mendiskreditkan mereka,” timpalnya. (har)