SURABAYA (Jpnews.id) – Ajang The 2nd Rotary Youth Super Competition (RYSC) 2K23 kembali bergulir, Sabtu (23/9) pagi di kampus B Unair Surabaya.
Sebelumnya Februari lalu, kompetisi robotik dan literasi ini sukses berlangsung di Smada Surabaya.
Mulai pagi tampak ratusan peserta didampingi keluarganya berjubel di lantai 3 gedung ex pusat bahasa.
Ketua Panitia Roos Hermansyah bersyukur event pertama di Smada sukses. Kini, peserta luar biasa lebih banyak sekitar 400-an orang totalnya. Mulai tingkat SD, SMP, SMA dan kategori open.
Roos menyebut perlombaan robotik dan literasi ini memperebutkan Piala Gubernur dan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur. Selain itu, juga sertifikat.
“Nomor lomba ada 13 kategori untuk pelajar. Sementara yang open ada 8 kategori.”
“Perlombaan tingkat nasional. Sehingga bisa untuk jalur prestasi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,” sebut Roos.
Tri Susanto selaku pelaksana teknis lomba menjelaskan bahwa event ini untuk kalangan pelajar. Mulai SD, SMP dan SMA.
“Kemudian ada kelas open, yaitu bisa gabungan antar sekolah,” jelas Tri.
Kategori perlombaan ada maze solving, transporter, gathering, line tracer, underwater, drone, sumo. Lalu, ada soccer serta teknologi inovasi.
“Tujuan lomba untuk menguji kemampuan peserta. Karena mereka di sekolah ada ekskul robotik. Dan mereka biasa mengikuti kompetisi,” katanya.
Menurut Tri, robot Indonesia sudah maju terutama di Surabaya sangat berkembang khususnya di kalangan pelajar. Karena mengikuti kampus seperti ITS, PENS. Sehingga dirasakan Surabaya menjadi sentra robotik nasional.
“Peta kekuatan robotik merata, semua berpeluang juara. Tapi ada sekolah-sekolah tradisi juara,” beber Wakil Ketua Sekolah Robot Indonesia (SRI) yang berpusat di Keputih Sukolilo ini.
Beberapa sekolah langganan juara, yakni Mudipat (Muhammadiyah 4 Pucang), SMP 1, SD Kertajaya, SMA 5, SMA 2, SD Alfalah dan Al-Azhar.
“Mudah-mudahan peserta ke depannya bisa mengembangkan robot sendiri. Karya-karya sendiri. Jadi, nggak monoton di robot-robot ini aja,” harapnya.
Di kesempatan itu, Oktavia Dwiki siswa SMP 6 mengungkapkan persiapan timnya dengan tiga personil.
“Persiapan di rumah latihan. Kemudian saat lomba kita bawa perlengkapan seperti laptop, baterai, charger, dan lain-lain.”
“Laptop ini (fungsinya) untuk menulis program (perintah) yang tersambung ke robot melalui alat semacam kabel USB,” jabarnya.
Masih Dwiki, berikutnya robot bergerak mengikuti program yang dibuat di laptop. “Makanya kadang robot (bergerak) agak oleng, karena kesalahan kita sendiri saat pemrograman kurang pas,” aku Dwiki yang mengaku sering ikut lomba robotik ini.
Ia mengaku terkesan saat ikut lomba di Semarang. “Target juara satu. Ikut kategori saat ini di maze solving, transporter, underwater, juga gathering,” timpalnya.
Terpisah, Aditya Janu selaku pelaksana event litetasi menerangkan, bahwa lomba literasi, ada empat kategori.
Pertama, untuk SD ada dua. Yakni story telling berbahasa Inggris dan mendongeng berbahasa Indonesia.
Kemudian tingkat SMP ada English speech. Dan yang SMA English debate.
“Sabtu ini hanya SMA karena penyisihan. Sisanya besok Minggu sama peserta hari pertama yang lolos.”
“Peserta beberapa ada ikut robotik, juga sekaligus lomba literasi. Puji tuhan sekolah yang ikut, juga sekolah-sekolah top school di Jatim. Seperti SMA 5, SMA 2, juga SMA 1 Sidoarjo,” ungkap Janu.
Selain itu, di lomba debat juga ada SMAK Albertus Malang, juga tim debat yang kuat di Jawa Timur, imbuh Janu.
Ujar Janu, bahwa untuk penilaian tiap kategori ada perbedaan. Tetapi khusus debat fokus pada substansi dia untuk berdebat. Seberapa detail dia bisa berargumen terkait mosi atau tema yang diberikan.
“Kemudian juga menyampaikannya dengan persuasif, sehingga juri bisa memberikan skor tinggi. Dan yang ketiga, komponen terakhir lebih kepada struktur strategi yang diberikan saat berdebat,” tukasnya.
Sambung Janu, untuk story telling sama speech kurang lebih sama, juga keterkaitan temanya sesuai tidak. “Kemudian fluensi dia menyampaikan kalau pakai bahasa Inggris.”
“Kemudian body language, sama i-contact mereka juga gimana ke juri juga penonton. Jadi tiap kategori lomba ada perbedaan penilaian,” pungkas Janu. (har)