SURABAYA, JPNews.id – Belasan kelompok pengamen jalanan antusias mengikuti Lomba Pop Song yang digelar warga kampung Gubeng Masjid bersama Auto Unika Mekanik. Sejak sore mereka tampil satu per satu di hadapan dewan juri dalam rangka merayakan Hari Pahlawan yang diperingati bangsa Indonesia setiap 10 November.
Untuk menumbuhkan semangat kepahlawanan bagi peserta dan penonton yang hadir terutama kalangan anak-anak, maka pakaian yang dikenakan juga mengambil tema perjuangan dalam merebut Kemerdekaan RI tahun 1945.
Menurut Ketua Panitia, Going, bahwa keseluruhan peserta ada 15 grup, tiap kelompok ada yang enam orang, tujuh, lima, tiga hingga 14 orang. Mereka dari (Taman) Bungkul, Semampir sampai Pacarkeling, Karangmenjangan, Waru (Sidoarjo) dan sekitarnya.
“Mereka kelompok pengamen jalanan. Kami berikan lomba ini sebagai wadah mereka kreatif dan bisa maju untuk langkah selanjutnya,” terang Going, Kamis (10/11/2022) malam usai perlombaan di Balai RW 7 Gubeng Masjid, Surabaya.
Peserta tidak hanya anak muda tetapi tampak para musisi jalanan senior. “Masih aktif bernyanyi dan juga membina penyanyi yang muda-muda. Jadi dia istilahnya mengiringi untuk membina yang muda supaya bisa menggantikan yang tua-tua nantinya,” tutur Going.
Tanggapan masyarakat, lanjut Going, sangat antusias sekali dengan adanya lomba ini. Dikatakan, kalau bisa di-support (Unika) lagi ke depannya, biar bisa maju dan musik Indonesia bisa tetap jalan terus. Untuk genre musik yang dilombakan bukan keroncong saja, tetapi ada juga pop song, reggae serta dangdut juga ada.
“Kami terima kasih atas support dan dukungannya Unika terutama Bapak Tatag, mudah-mudahan Unika tetap jaya dan lancar selamanya, bisa men-support warga Gubeng Masjid dan sekitarnya,” kata Going.
Cara unik dan luar biasa warga kampung Gubeng Masjid didukung Unika ini, juga mendapat apresiasi dari peserta. Apalagi, banyak kegiatan musik vakum selama pandemi. Hebatnya, pesertanya pengamen jalanan yang menampilkan bakat dan kemampuan tidak kalah hebat dengan musisi aslinya.
“Senang sekali, pesertanya hebat-hebat, dan lomba ini jadi motivasi bagi regenerasi para penyanyi muda,” tanggapan pembina orkes keroncong New Victory, Edi Widodo.
Edi menceritakan, selama ini dia bersama grupnya manggung di taman-taman se Surabaya hasil kerja sama dengan Disbudporapar Kota Surabaya. “Alhamdulillah (juara 1) senang sekali, dan saya mendidik anak-anak sudah mulai tahun 1990 an, sudah tiga generasi. Anak-anak ini yang terbaru, belajar secara otodidak,” ucapnya usai menerima hadiah.
Lanjut Edi, sekolah formal anak didiknya ada yang lulusan SMA dan SMP, ada juga sarjana. “Yang manggung (lomba), satu penyanyi kuliah di Unesa jurusan musik, yang satunya sudah menikah, itu ikut saya mulai kelas 4 SD,” ungkapnya.
Sebagai pimpinan orkes keroncong yang bermarkas di Dharmawangsa Punden No. 11, Surabaya, Edi berharap, supaya lomba ini berkelanjutan untuk bakat-bakat anak muda. “Support dari Unika seperti ini, sangat dibutuhkan sekali. Semoga Unika sukses jaya seterusnya,” pesannya.
Sementara itu, Ketua Dewan Juri, Simon D’Saint mengakui situasi penjurian sempat kuwalahan, karena peserta hampir rata-rata mengusai lagu terutama finalis empat besar. “Jadi saya hanya memanfaatkan mis saja dari mereka, sehingga saya manfaatkan untuk mengurangi penilaian. Untuk keseluruhan keempatnya sangat layak menjadi juara satu, dua, tiga dan harapan,” bebernya.
Dijelaskan Simon, kriteria penjurian dibuat simpel saja, karena acaranya dikonsep sederhana, tidak seperti biasa dia melakukan penjurian di luar even ini, hanya diambil harmonisasi, penampilan, dan over all, atau keseluruhan dari atas harmoni sama penampilan. “Over all ini menentukan mereka dalam penilaian,” urainya.
Kredibilitas Simon sebagai juri tak perlu diragukan, sebab dia mengaku sehari-hari pentas nyanyi, juga guru drum dan vokal. Liburnya setiap hari Senin saja, karena terikat kontrak hampir 7 tahun ini di sebuah hotel di Surabaya dan Sidoarjo termasuk di sebuah kafe terkenal sudah berjalan 12 tahun.
“Unika ini saya kenal betul sama mas Tatag, kebetulan orangnya ini baik dan memasyarakat. Unika sendiri saya harap, acara seperti ini berkelanjutan dan skalanya lebih luas lagi. Jadi pesertanya bisa mencakup keseluruhan dari musisi atau penyanyi seluruh Surabaya,” tukas Simon.
Kebetulan, jabar Simon, tadi ada beberapa singer, juga player yang itu anak didiknya. “Karena saya tahu persis kualitas mereka, dan saya sendiri juri juga dadakan mas, tidak ada setting sama sekali,” tandasnya.
Terpisah, Tatag Triwibowo, Direktur Auto Unika Mekanik tampak berseri-seri menyaksikan secara langsung penampilan peserta di atas panggung. “Meski pengamen jalanan, mereka bermain seperti masternya. Mungkin hanya beda nasib saja sama penyanyi aslinya. Insyaallah akan kami wadahi agar lebih terarah,” ujarnya.
Panitia menyiapkan hadiah uang pembinaan, trofi dan piagam penghargaan kepada juara satu, dua dan tiga. Untuk juara harapan hanya disiapkan uang tunai. Sedang peserta yang kurang beruntung disediakan door prize. Selain itu, setiap penampilan diberi kopi nangka Unika dan konsumsi.
Tatag menambahkan, setiap peserta wajib membawakan dua lagu, satu lagu wajib perjuangan dan satu lagu pilihan bebas. “Lagu wajib ini, setidaknya buat anak-anak (yang nonton) untuk mengenal nilai-nilai perjuangan para pendahulu kita,” pungkas kolektor Mercy Tiger ini. (wan)