[Iklan : RAJA SNACK & DAPUR CINTA]

Calon Mahasiswa Disabilitas Unesa Jalani Tes Wawancara

CALON MAHASISWA DISABILITAS: Sekretaris Direktorat Disabilitas Unesa Onny Fransinata Aggara SPsi MPsi (kanan) di Gedung ULABK Kampus Lidah Wetan, Sabtu (15/7/2023) siang. (JP/HARUN)

SURABAYA (JP) – Direktorat Disabilitas Unesa menggelar tes wawancara calon mahasiswa disabilitas, Sabtu (15/7/2023) pagi mulai 07.00 sampai siang 12.00 WIB di Gedung Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK) Kampus Lidah Wetan Surabaya.

“SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) calon mahasiswa disabilitas ini satu rangkaian, ada tes tulis dan wawancara,” kata Sekretaris Direktorat Disabilitas Unesa Onny Fransinata Aggara SPsi MPsi di sela tes wawancara.

Onny menambahkan, bahwa tes tulis sudah terlaksana Kamis – Jumat kemarin secara online.

“Tapi ada dua calon mahasiswa yang ingin tes di sini (kampus),” tambahnya mewakili Direktur Disabilitas Unesa Dr Wagino MPd, usai ditunjuk Acep Ovel Novari Beny MPd Kasubdit Layanan Disabilitas dan Usaha Direktorat Disabilitas untuk menjawab pertanyaan wartawan.

Ia menjelaskan, tes wawancara melibatkan unsur (penguji), ortopedagogik, psikolog, juga tim dari direktorat disabilitas. Serta wakil dekan dari masing-masing prodi fakultas tujuan masing-masing mahasiswa.

“Wakil-wakil dekan ini hadir, agar nantinya bisa mendapatkan live report seperti ini lah calon mahasiswa dari kita. Sehingga nanti dekan bisa memberikan pertimbangan, bagaimana tindak lanjut, teruskan atau gugurkan,” jelas Onny.

Teknis wawancara terbagi tiga ruangan. Yakni ruang 1 untuk tunanetra, ruang 2 untuk tunarungu dan ruang 3 untuk hambatan emosional dan mentalitas yang lain. Onny mengungkapkan ada 26 calon mahasiswa yang mengikuti tes wawancara.

“Kita dari tim direktorat hanya menyiapkan para pakar untuk tes wawancara. Data hari ini kami terima dari tim admisi. Apakah (26 calon) itu hasil penjaringan, atau mereka yang sudah ikut tes tulis, lalu sekarang ikut (tahapan) wawancara? itu semua kewenangan tim admisi,” terang Onny.

READ  Turnamen Futsal Piala PWI 2023 Dijuarai SMK Dharma Bahari

Para calon mahasiswa disabilitas ini datang dari dalam Kota Surabaya, juga dari luar daerah ada Mojokerto, Sidoarjo, Kota Batu, hingga Cirebon. Mereka mengikuti SPMB TMUBK (Tes Masuk Unesa Berbasis Komputer).

“Kriteria penerimaan hasil wawancara. Pastinya kemandirian calon mahasiswa menjadi aspek utama. Sebab, mereka (akan) menjalani perkuliahan selama 4 tahun, itu bisa jadi jauh dari orang tua. Kalau pun yang di Surabaya, juga butuh mobilitas ke kampus, ke ruang ini itu,” tuturnya.

Kemudian, masih Onny, aspek kedua adalah support system seperti orang tua, juga kemampuan yang mereka kuasai itu menjadi pertimbangan, melihat juga kesesuaian jurusan pilihan.

“Mungkin ada beberapa calon mahasiswa yang secara kompetensi belum begitu kuat di jalur ini. Tetapi kami menilai sebagai pakar, mungkin cocoknya di bidang ini. Karena dia punya track record misalkan desain grafis, komputer, itu bisa kita arahkan ke informatika atau yang lain,” urainya.

Onny mencontohkan kemandirian secara umum, yaitu mobilitas calon mahasiswa disabilitas saat berangkat dari indekos ke kampus. Kemudian pengelolaan kehidupan sehari-hari, kalau pulang dari kampus, bagaimana cara memenuhi kebutuhan logistiknya seperti makan-minum.

“Itu semua menjadi aspek dasar yang menunjang mereka dalam menjalani kegiatan perkuliahan itu bisa aman dan nyaman apa tidak? Jangan sampai kuliah tapi ternyata membebani beberapa pihak. Semua ini agar calon mahasiswa mendapatkan layanan pendidikan secara paripurna. Sehingga kemandirian ini menjadi aspek utama,” tutup Onny.

Dalam kesempatan itu Dodik Arwin Dermawan SST MT salah satu penguji dari fakultas vokasi turut menyampaikan pesan moral untuk masyarakat dalam memperlakukan para penyandang disabilitas.

“Saya pribadi, teman-teman disabilitas itu punya hak yang sama dengan masyarakat biasa. Sebab mereka juga punya kemampuan, punya potensi. Jadi sudah selayaknya mereka juga mendapatkan kesempatan,” ujarnya.

READ  PKM di Gresik, Dosen Unesa Berikan Keterampilan Siswa SMK Rias Pengantin Solo Puteri, Upacara Adat dan Wirausaha

Apalagi, lanjut Dodik, pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan, yang mewajibkan industri baik milik pemerintah maupun swasta itu minimal 2% mempekerjakan mereka.

“Mereka itu sama kok sama kita. Hanya potensi saja yang perlu dikembangkan, dan masyarakat mau menerima mereka, dan tidak mendiskreditkan mereka,” ucapnya.

Sementara itu salah seorang calon mahasiswa disabilitas Imayatus Sholihah (19) yang diantar ibunya Nur Kholifah (48) mengaku bercita-cita ingin menjadi guru.

“Pilih Unesa karena program studinya lebih bagus khususnya untuk mahasiswa penyandang disabilitas lebih akses. Cita-cita ingin mengajar dan mengembangkan pendidikan bagi penyandang disabilitas,” aku alumni SLB di Wonoayu Sidoarjo ini.

Ia pun menjelaskan isi wawancara, meliputi pertanyaan seputar motivasi memilih Unesa, motivasi mengambil PLB, dan cita-citanya ke depan dengan jurusan yang pilihannya. “Inginnya jurusan yang saya ambil PLB (Pendidikan Luar Biasa),” tukas Imayatus.

Di kesempatan yang sama calon mahasiswa lainnya Annisa Mawardha Fazriyah (20) asal Gedek Mojokerto menceritakan asal muasal dirinya mengikuti SPMB disabilitas di Unesa.

“Tahun 2022 lalu masuk Unesa jalur umum UTBK SBMPTN tapi gagal. Terus ikut lagi jalur mandiri UTBK Nasional pakai nilai itu sempat lolos. Tapi tidak lanjut karena tidak ada izin orang tua. Tahun ini coba lagi tes UTBK SBMPTN tapi tetap tidak lolos. Makanya sekarang mencoba jalur mandiri yang disabilitas,” jelasnya.

Nisa juga mengungkapkan kalau ia ditanyai seputar kemandirian, kenapa ingin kuliah, kenapa pilih Unesa.

READ  Asesmen SKKNI Manajer Koperasi LDP Raja 2024 Nganjuk Usai

“Waktu lewat jalur normal mikirnya cuma ingin kuliah. Tetapi waktu itu belum banyak kenal teman-teman yang sudah kuliah duluan. Sehingga bingung jalur mendaftar kuliah. Hanya mengandalkan Google waktu itu cari tahu caranya masuk Unesa,” jabarnya.

Dengan polos ia menerangkan, bahwa saat wawancara terasa santai.

“Alhamdulillah semua berjalan lancar. Kalau lolos ingin ambil pendidikan Bahasa Inggris. Ingin diterima (pas) pengumuman tanggal 18 (nanti),” harapannya.

Terpisah, Koordinator Relawan Makruf Fauzi (24) mahasiswa disabilitas semester 4 PLB menjelaskan peran dia dan teman-temannya dalam tes wawancara ini, yaitu membantu kelancaran kegiatan.

“Tugasnya membantu kelancaran kegiatan. Relawan utamanya teman-teman yang normal dari semua mahasiswa Unesa ada 100-an lebih,” terang alumni SLB di Karanganyar Jawa Tengah ini, asli Ngawi Jawa Timur.

Kendala yang ia hadapi, karena masih libur kuliah, jadi relawan yang hadir hanya 20-an.

“Tapi jumlah ini sudah cukup untuk menghandle tugas-tugas seperti menerima tamu, atau calon mahasiswa baru. Kemudian mengarahkan ke ruang masing-masing sesuai pembagian yang ditentukan. Dan yang ketiga notulensi di fakultas waktu wawancara,” bebernya.

Terkait keilmuan yang ia ambil di PLB, Makruf menjelaskan spesifiknya mengambil pendidikan tunanetra seperti belajar braile, orientasi dan mobilitas, komunikasi, aktifitas sehari-hari di masyarakat secara mandiri.

Shofia Eta Mufidah (20) salah satu mahasiswa (normal) semester 5 PLB termotivasi menjadi relawan karena ingin terjun langsung sesuai jurusan saya.

“Jadi saya kepingin terjun ke lapangan buat bisa mengenal mahasiswa-mahasiswa disabilitas, juga bisa membantu,” katanya singkat.

Pun halnya Kencana Nanda Pratiwi (20), rekan satu jurusan Shofia mengaku kalau dari awal ia suka di bidang sosial.

“Saya juga ingin ikut serta secara langsung mengikuti kegiatan disabilitas, dan itu selaras dengan jurusan yang saya ambil,” ucapnya. (ads/har)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *