SURABAYA (JPNews.id) – Perkembangan sosial media (sosmed) semakin hari kian pesat dan mudah mengakses oleh semua kalangan. Mulai dari usia muda, remaja, hingga dewasa, dapat mencari berbagai hal melalui platform sosmed. Sekali klik kolom pencarian, keinginan mendapatkan informasi langsung terpenuhi.
Seperti yang dikatakan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat podcast di kanal tematik Salam Pancasila (Sampan) Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) Surabaya, Selasa (16/5/2023). Semakin banyaknya mendapatkan informasi melalui sosmed, sebagai pengguna tentunya harus pintar-pintar memilih dan memilah bersosial media, agar tak terjerumus ke dalam hal buruk.
“Medsos ini sangat luar biasa, karena pengguna sosmed ini bisa masuk neraka pertama kali, bisa juga masuk surga pertama kali. Karena itu saya berharap kepada anak muda di Surabaya, bisa menggunakan sosmed ini untuk yang terbaik, seperti halnya menyebarkan kegiatan-kegiatan yang positif,” kata Wali Kota Eri Cahyadi.
Menurut Wali Kota Eri, ketika para pemuda Surabaya menyebarkan kegiatan positif melalui sosmed, maka secara tidak langsung akan membentuk karakter kebangsaan di kalangan anak-anak muda Kota Pahlawan. “Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggunakan medsos apapun itu (platformnya) untuk menyebarkan kebangsaan-kebangsaan, kebaikan, dan kegiatan positif, untuk membentuk karakter anak-anak di Kota Surabaya,” ujar Wali Kota Eri.
Cak Eri Cahyadi, sapaan lekat wali kota itu menyampaikan, ketika remaja Surabaya dalam bersosial media itu terlandasi dengan wawasan kebangsaan dan ideologi pancasila, maka tidak akan mudah goyah dan mudah terpengaruh dengan derasnya arus informasi di sosmed. Dengan landasan pancasila, remaja Surabaya akan memegang teguh lima butir di dalamnya.
Yang pertama yaitu, Ketuhanan yang Maha Esa. Pastinya generasi muda Surabaya akan memegang teguh nilai-nilai agama dan memiliki rasa toleransi antar umat beragama. Ketika menerapkan butir pertama itu, maka akan muncul rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
“Sehingga Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ini akan dibentuk di perkampungan di Surabaya, untuk saling mengawasi. Mengawasi dalam hal stunting, gizi buruk, warga miskin dan sebagainya, kemudian dilaporkan ke pemkot untuk ditindak lanjuti. Ini lah esensinya gotong royong,” Cak Eri menyampaikan.
Setelah butir kedua, ada lagi butir ketiga yang bisa menjadi landasan bagi anak muda Surabaya. Yakni Persatuan Indonesia. Cak Eri menegaskan, jika menyatukan dua poin tadi, maka bangsa Indonesia tak akan mudah terpecah belah.
“Setelah itu ada lagi, yakni Kerakyatan, setelah itu ada Keadilan Sosial. Seperti ketika kita berbuat kebaikan dan sosial, tidak pernah kita melihat perbedaan agama, suku, dan ras, pasti kita bantu. Seperti halnya di Kota Surabaya, ada Baznas, dan lembaga amal lainnya yang membantu satu sama lain. Baznas membantu rumah tidak layak huni (rutilahu) orang muslim, dari gereja membantu rutilahu orang kristen, dan seterusnya,” papar Cak Eri.
Cak Eri menambahkan, dengan penerapan butir-butir pancasila itu di lingkungan pemkot dan seluruh perkampungan. Maka warga Kota Surabaya senantiasa mengutamakan rasa kegotongroyongan dan guyub rukun, sesuai dengan ideologi tersebut.
“Itu yang saya gunakan dalam memimpin warga Surabaya untuk mengubah dan kembali mendalami lagi ideologi pancasila, termasuk di lingkungan pemkot,” pungkasnya. (*)